âYang fana adalah waktu, kita abadiâ Apakah âkitaâ benar-benar kita sebagai manusia?Puisi âYang Fana adalah Waktuâ adalah puisi dari goresan tangan Eyang Sapardi Djoko Damono yang bertengger di antara 101 puisi lainnya di dalam buku antologi sajak Hujan Bulan Juni. Buku dengan sampul bercorak daun kering kekuningan dengan latar belakang rintik hujan ini seakan mempunyai daya pikat puisi "Yang Fana adalah Waktu" karya Sapardi Djoko Damono. Diabadikan menggunakan ponsel dalam puisi âYang Fana adalah Waktuâ, Eyang Sapardi berusaha untuk mengingatkan manusia akan betapa pentingnya waktu yang kita miliki di dunia. Kesempatan dari Tuhan untuk hidup dengan menikmati segala ciptaan-Nya jangan dibuang samping itu, Eyang Sapardi juga berusaha menggiring pembacanya untuk terus melahirkan sesuatu dari si âkitaâ yang tertera di larik puisinya. Si âkitaâ harus terus dilahirkan, kemudian dirangkai menjadi sesuatu yang memiliki manfaat untuk membeli buku antologi versi hardcover. Dibeli tahun 2018 di Gramedia yang cukup jauh dari rumah. Perlu kendaraan roda dua dengan durasi 40 menit untuk sampai ke dari 7 baris dengan dialog singkat di dalamnya. Puisi âYang Fana adalah Waktuâ mungkin akan menimbulkan banyak perspektif dari tiap pembaca. Salah satunya saya yang akan mencoba menyampaikan makna dari perspektif yang saya punya. Tentu, semua pembaca dapat berpendapat. Termasuk kamu. Isi kepala orang tidak akan buku antologi sepilihan sajak Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Diabadikan menggunakan ponsel Sapardi memang tidak pernah gagal membuat saya tidak duduk tenang menikmati karyanya. Sewaktu membaca puisi-puisi miliknya, otak yang semula hanya ingin menikmati, mendadak ingin berpikir dua dari baris pertama âYang fana adalah waktu. Kita abadiâ Saat pertama kali membacanya, saya langsung terfokus pada kata âkitaâ. Siapa yang dimaksud âkitaâ? Manusia? Benda? Atau objek apa?Kemudian, saya berspekulasi bahwa kata âkitaâ di sana ialah ide. Ide lahir dari kepekaan rasa. Ide membuat seseorang terus hidup dan bermakna. Dia abadi. Saat pemiliknya sudah tiada, ide-ide yang lahir tetap akan tinggal dan berkelana sedangkan waktu, sifatnya fana. Dia akan berakhir entah kapan ke baris kedua âmemungut detik demi detik, merangkainya seperti bungaâ. Larik dalam baris ini benar-benar membius ketika saya membacanya. Penyusunan kata demi kata sangat tertata dengan apik. Saya berpikir bahwa Eyang Sapardi di dalam baris tersebut ingin mengajak kita sebagai manusia untuk terus berkreativitas, menciptakan karya-karya keren, dan bermanfaat bagi manusia lain. Hidup di dunia tiada guna kalau tidak menciptakan apa-apa dan bermanfaat positif untuk orang dalam baris itu juga dipertegas bila tiap detik dari yang kita miliki harus dimanfaatkan dengan baik. Harus diambil dan mencari banyak peluang sehingga dapat mencipta sesuatu yang bermanfaat, seperti saat kita merangkai suatu bunga. Indah. Banyak orang yang ke baris ketiga dan keempat âSampai pada suatu hari, kita lupa untuk apaâ. Lagi-lagi, bola mata saya tidak bisa diam. Melirik-lirik baris sebelumnya sambil berpikir keras makna dari puisi ini apa sebenarnya. Namun, yang ada di isi kepala saya hanya, âOh, kedua baris ini bermaksud bahwa ide yang kita gagas sampai lupa, dahulu dibuat pemiliknya untuk apa dan mengapa dilahirkanâ.Ide memang bisa muncul dari perilaku-perilaku dan hal-hal sepele dalam gejala kehidupan sehari-hari, bukan? Ada yang saat menggoreng telur mata sapi, bermimpi untuk memiliki ternak ayam di kampung halaman. Ada yang saat menangis di pukul sebelas malam, terpikir untuk membuat buku novel tebal dengan alur cerita romance dengan akhir mengenaskan. Iya, biar sama seperti ide. Tidak bisa direncanakan kapan lahirnya. Besok atau sekarang, lusa atau pekan depan, bisa saja tiba-tiba baris kelima hingga terakhir âbaris ketujuhâ berbunyi âTapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu. "Kita abadi". Saat membaca baris kelima hingga ketujuh ini, rasanya, saya langsung, âWah, apa lagi ini?â. Di pikiran saya, Eyang Sapardi seakan kembali mempertegas akan waktu yang sifatnya sementara dan tidak akan pada kata âfanaâ yang kalau dilihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mempunyai arti âdapat rusakâ, âhilangâ, âmatiâ, âtidak kekalâ. Dengan halus, SDD âSapardi Djoko Damonoâkembali mengingatkan bahwa waktu sifatnya tidak pernah lama. Dia akan musnah. Dia akan pendapatmu, "kita" di sana bermakna apa?
Alegoriadalah sebuah kiasan suatu keadaan dalam realitas yang membandingkan antara fiksi di dalam puisi maupun kehidupan di dunia nyata. Walaupun alegori banyak bermunculan di puisi-puisi Generasi Balai Pustaka dan Pujangga Baru, tetapi H.B. Jassin pernah mencetuskan Angkatan 66 yang mana di masa itu gerakan politik sangat penting di IndonesiaBAB I PENDAHULUAN Analisis terhadap suatu karya sastra bertujuan untuk mengetahui makna apa yang disampaikan oleh si pengarang kepada pembacanya. Sebuah karya sastra lazimnya mengandung makna-makna yang belum dimengerti pembaca. Namun, dengan adanya penganalisisan akan membuat pembaca memahami maksud kepenulisannya. Pada makalah ini penulis akan menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan stilistika. Terlebih dahulu stilistika itu sendiri adalah sebuah style atau gaya dalam kepenulisan karya, yang dimaksudkan untuk menjadikan sebuah karya tersebut memiliki gaya dan keindahan. Oleh sebab itu, penulis menganalisis salah satu puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul âyang fana adalah waktuâ. Penulis tertarik menganalisis puisi ini karena pengarang menyamakan sebuah keabadian antara manusia dengan waktu. Disisi lain Sapardi menyebut bahwa waktulah yang benar-benar abadi. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Stilistika Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra Abram dalam Al-Maâruf, 2009 10. Stilistika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra yang dugunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya. Ratna dalam Al-Maâruf, 2009 10 menyatakan, stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. pada kamis, 24 maret 2016 pukul 0404 WIB Sedangkan menurut Keraf 2005 Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retrorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Jadi, stilistika merupakan sebuah style atau gaya yang digunakan pengarang sebuah sastra dalam mencipta karya sehingga sebuah karya selain memiliki makna juga memiliki keindahan tersendiri. 2. Analisis puisi "Yang fana adalah waktu" karya Sapardi Djoko Damono. "Yang fana adalah waktu" Karya Sapardi Djoko Damono Yang fana adalah waktu Kita abadi Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa âTapi, yang fana adalah waktu, bukan?â tanyamu. Kita abadi. Pada puisi pengarang menyatakan bahwa ada seseorang yang menyebut bahwa waktu itu fana, sedangkan manusia itu abadi. Hal ini sangat bertentangan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Sebelum itu, kita harus memahami terlebih dahulu makna fana dan abadi. Fana merupakan segala sesuatu itu dapat hilang dan idak dapat bertahan lama atau juga dimaksudkan bahwa tidak kekal. Sedangkan, abadi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah kekal dan tidak berkesudahan. Karena secara logika yang namanya makhluk tak ada yang abadi dan yang abadi adalah waktu. Sapardi membawa kita untuk menyadari bahwa sekarang ini manusia hanya menganggap dirinya masing-masinglah yang abadi. Pada puisi ini juga terdapat gaya bahasa berupa kiasan. Dikutip dari sebuah blog, dikatakan bahwa bahasa kias majas atau figurative language merupakan bahasa yang susunan dan arti katanya sengaja disimpangkan dari susunan dan arti semula. Itu bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan pertautan, perbandingan atau pertentangan hal satu dengan hal lain, yang maknanya sudah dikenal oleh pembaca. diunduh pada Kamis, 24 Maret 2016 pukul 0437 WIB Menurut Keraf 2005 136 menyatakan bahwa gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Perbedaan antara kedua perbandinan ini adalah dalam hal kelasnya. Perbandingan biasa mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan , mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan. 1. Metafora Gaya bahasa kiasan yang digunakan adalah gaya bahasa metafora yang membandingkan sesuatu secara lansung. Sapardi berusaha membandingkan antara manusia dengan waktu yang sebenarnya kedua hal tersebut tidak sama. Yang fana adalah waktu Kita abadi Pada baris puisi tersebut tampak bahwa âwaktuâ merupakan yang fana dibandingkan dengan âkitaâ yang abadi. Padahal keduannya sangat bertentangan dengan seharusnya. Sapardi bermaksud bahwa manusia saat ini lupa akan hakikat dirinya. Menganggap dirinya abadi dan lupa kodratnya sebagai makhluk. Bahkan lupa bahwa waktulah sebenarnya yang abadi. 2. Smile Bahasa kias yang membandingkan dua hal atau lebih yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa. Keserupaan itu dinyatakan secara tersurat dengan kata bagai, sebagai, bak, semisal, seperti, ibarat, seumpama, laksana dan sebagainya. diunduh pada Kamis, 24 Maret 2016 pukul 0456 WIB Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga Pada baris ini ada sebuah gaya bahasa berupa simile. Kata âsepertiâ digunakan untuk membandingkan antara âdetikâ yang serupa dengan âbungaâ yang sebenarnya keduannya tidak memiliki hubungan. Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa âTapi, yang fana adalah waktu, bukan?â tanyamu. Kita abadi. Bait berikutnya juga menegaskan lagi bahwa manusia saat ini benar-benar lupa akan kodratnya. Jika dikaitkan dengan agama mereka hanya berlomba-lomba mencari kesenangan atau kenikmatan dunia tanpa memikirkan untuk apa semua hal itu ia lakukan. Mereka berfikir hidup itu masih lama dan perjalanan itu masih panjang. Mereka tidak memikirkan akhir dari kisah mereka masing-masing. Sekali lagi dalam puisi ini pada bait terakhirnya, ditegaskan bahwa merekalah yang benar-benar abadi, sedangkan waktu hanyalah sesuatu yang fana. Itulah beberapa ulasan puisi âYang Fana adalah Waktuâ dengan tinjauan stilistika. Kita disadarkan oleh makna-makna tersirat di dalamnya. Bahwasanya tak ada yang abadi di dunia ini kecuali waktu. Karena kita sebagai makhluk tuhan akan kembali ke asalnya. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Puisi âYang Fana adalah Waktuâ menyadarkan kita oleh makna-makna tersirat di dalamnya. Bahwasanya tak ada yang abadi di dunia ini kecuali waktu. Karena kita sebagai makhluk tuhan akan kembali ke asalnya. Berdasarkan pendekatan stilistika didapat bahwa puisi tersebut mengandung gaya bahasa kiasan yang diantaranya simile dan metafora. Yang keduanya berusaha membandingan sesuatu hal secara lansung baik itu sama atau tidak. 2. Daftar Pustaka Keraf, dan Gaya Bahasa. Jakarta Gramedia.
TakAda Pesta yang Abadi; Puisi: Mengejar Cinta Abadi; Warna Fana Dunia; Menelisik Waktu Tidur yang Optimal; Bandung Heritage: Bagelen Abadi; Yang Fana adalah Waktu, Karya Sapardi Abadi . 19 Juli 2020 11:20 Diperbarui: 19 Juli 2020 12:25 1628 39 9 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat fotoANALISISWAKTU DAN BIAYA BERDASARKAN ANALISA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek kontruksi, seorang kontraktor perlu membuat suatu perencanaan dalam hal waktu dan biaya yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan kontruksi. Baik ataupun buruknya suatu perencanaan proyek kontruksi
Data-data mengenai Analisis Puisi Yang Fana Adalah Waktu. Analisi Puisi Kucing By Bonifacius Boni On Prezi Analisis Puisi Sajak Desember Puisi Sapardi Djoko Damono Pdf Pembacaan Heuristik Dan Hermeneutik Puisi Indonesia Modern Quote By Sapardi Djoko Damono Yang Fana Adalah Waktu Yang Fana Analisis Puisi Sajak Desember Yang Fana Adalah Waktu Kita Abadi Puisi Sapardi Djoko Damono Puisi Sapardi Djoko Damono Sapardi Dan Upaya Menuju Abadi Kompasid Yang Fana Adalah Waktu Nyasar Abadi Oleh Juli Prasetya Kompasianacom Analisis Puisi Jilid 2 Teaser Video Yang Fana Adalah Waktu Kita Abadi Time Is Transient analisis puisi yang fana adalah waktu Pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Beberapa ahli modern mendefinisikan puisi sebagai perwujudan imajinasi, curahan hati, dari seorang penyair yang mengajak orang lain ke dunianyaâ. Meskipun bentuknya singkat dan padat, umumnya orang lain kesulitan untuk menjelaskan makna puisi yang disampaikan dari setiap baitnya. Itulah informasi tentang analisis puisi yang fana adalah waktu yang dapat admin kumpulkan. Admin blog KT Puisi 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait analisis puisi yang fana adalah waktu dibawah ini. Bahasa Indonesia Smk Puisi Yang Fana Adalah Waktu Karya Sapardi Diksi Dalam Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono Tinjauan Pdf Sastra Arab Dan Disabilitas Pendekatan Ekspresif Terhadap Analisis Semiotik Makna Salat Dalam Puisi Ketika Engkau Analisis Puisi Jilid 2 Yang Fana Adalah Waktu Suara Kebebasan Yang Fana Adalah Waktu Nice Words Puisi Sajak Dan Kutipan Analisis Semiotik Makna Salat Dalam Puisi Ketika Engkau Analisis Puisi Bapak Baptisku Karya Paulus Bong Belajar Analisis Puisi Sajak Desember Itulah yang admin bisa dapat mengenai analisis puisi yang fana adalah waktu. Terima kasih telah berkunjung ke blog KT Puisi 2019. YangFana adalah WaktuKarya Sapardi Djoko DamonoYang fana adalah waktu. Kita abadi:memungut detik demi detik, merangkainya seperti bungasampai pada suatu har